Tuesday, 3 July 2012

Pulau Weh: Pantai, Underwater, dan Kejayaan Kota Sabang Masa Lalu

*Memilih judul yang agak serius, supaya banyak yang baca ;p *
 
Sabang merupakan pelabuhan terpenting di Selat Malaka saat jaman kolonial, saat itu 50.000 kapal melalui pelabuhan ini setiap tahunnya. Keramaian di Pelabuhan Sabang adalah efek dari dibukanya terusan suez, kapal2 yg melewati benua afrika tidak lagi memutar melalui selat sunda tapi lewat Selat Malaka.

Awalnya Pelabuhan Sabang menjadi gudang Batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun berkembang menjadi tempat sandarnya kapal-kapal dagang yang mengirim barang ekspor ke Pulau Sumatra. Pelabuhan Sabang sempat dijadikan sebagai pelabuhan bebas, sarana dan prasarana seperti dermaga, pelabuhan, gudang, supply bahan bakar pun didirikan, hingga akhirnya pada tahun 1986 fungsi pelabuhan bebas ini ditutup. Status darurat di Aceh membuat Pelabuhan Sabang semakin sepi.

Setelah Darurat Militer Aceh dicabut, Pulau Weh dan Sabang kembali ramai dan lebih dikenal sebagai objek wisata pantai dan underwater-nya.

Selama di Pulau Weh gw hanya beberapa jam mengelilingi Kota Sabang. Sisa-sisa kejayaan masa lalu masih tampak, khususnya di pusat kota. Banyak bangunan peninggalan Belanda, baik yang terawat maupun tidak terawat. Rumah Sakit, Teater, Benteng, jalan dan pohon-pohon besar menandakan Kota ini sebagai kota yang cukup ramai dijaman kolonial.

Dekat dengan Kota Sabang, terdapat Pantai Anoi Itam, Pantai yang menawarkan pemandangan Sunrise, pasir putih, dan view Banda Aceh dari kejauhan. Kawasan ini bisa dibilang kawasan high-class nya Sabang.

Sempat pula gw nyicip Sate Gurita (cuma satu gigitan, weksss) di Sabang Fair (kalo ga salah), dan Rujak khas Sabang.

Keunikan lain di Sabang, Toko-toko akan tutup antara pukul 11-16 sore, mungkin dipakai penduduknya untuk istirahat?

Fokus liburan gw bukan di Sabang, tapi di sisi barat pulau yang menawarkan keindahan pantai dan bawah laut. Gw menginap di salah satu Mess NGO yang terdapat di daerah Gapang.  Dari Gapang gw menumpang motor ke Pantai Iboih untuk snorkeling, dan sempat pula menyebrang ke Pulau Rubiah (10 menit dari Pantai Iboih). Dulu nya Pulau Rubiah merupakan karantina calon jamaah haji, makanya masih ada beberapa bangunan tak terawat di Pulau ini.

Oiyaa, dari Pelabuhan Balohan menuju Gapang, kalian bisa menikmati jalanan berkelok-kelok, naik turun bukit, dan view Pantai dari ketinggian. Lo juga akan bertemu Danau Aneuk Laut dan Kawanan Kera Liar (Seriusan liar...masa motor gw lewat mau diterkam! -__-)

Overall, perjalanan di Sabang sangat menyenangkan. Gw sangat menikmati kesunyian di sini. Super sepi, cocok buat menyendiri n cari inspirasi. Walaupun sempet serem juga waktu kami bertiga (gw, kakak, dan teman kakak) menumpang 2 motor menempuh perjalanan Kota Sabang ke Gapang dengan waktu tempuh 45 menit naik-turun bukit jalan berkelok dalam keadaan sepi dan tanpa penerangan jalan. Ironisnya, gw baca TL twitter, terjadi kemacetan luar biasa karena efek long week-end di daerah Bandung dan Jakarta.

Sayangnya gw ga sempet ke tugu Nol Kilometer, soalnya waktunya ga cukup n gw akhirnya memilih keliling Kota Sabang.

- Salah satu Bucket List gw adalah mengunjungi wilayah terdepan Indonesia: Sabang, Merauke, Miangas, Pulau Rote. Alhamdulillah dua terpenuhi.-

Di Pulau Rubiah, pemandangan Pantai Iboih

Travel Buddies

Kakak gw :D
Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Weh
Salah satu peninggalan jaman kolonial, sekarang jadi RSU
Pohon-pohon Besar

Jalan besar di Kota Sabang nan Sepi
Pemandangan Banda Aceh dari Anoi Itam
Pantai Anoi Itam
Kota Sabang dari ketinggian
Rujak Sabang
Tangkapan Nelayan dekat Sumur Tiga
Peta Wisata Kota Sabang

Sunday, 1 July 2012

Dieng Trip

Dengan budget kurang dari 500 rebu, gw dan 6 orang lainnya berlibur ke Dieng. Kawasan Dieng merupakan dataran tinggi diatas ketinggian 2000MDPL, berbentuk Kaldera dan dikelilingi pegunungan.

Gw Memulai perjalanan via Wonosobo, dengan Bis Malam Malino Putra dari Rawamangun. Jangan harap kenyamanan dari bis ini. Tempat duduknya bikin tulang retak, alhamdulillah AC-nya lancar, dan lo akan dihibur playlist Dangdut Pantura dan lagu Malay tahun 90-an -__-"

Dari Terminal Wonosobo kami dijemput pihak penginapan yang merangkap Tour Guide. Sepanjang perjalanan Wonosobo-Dieng dihiasi perkebunan kentang, produksi pupuk, dan jalanan berkelok2. Masuk ke kawasan Dieng, gw seperti dibawa ke Dunia Lain. Ga bakal nyangka, tempat ini cuma 3 jam dari Semarang, bahkan ga nyangka tempat ini ada di Pulau Jawa. Aura-nya beda...bisa dibilang mistis.
Setelah Brunch, kami langsung diajak keliling Dieng. Mulai dari Telaga Warna, telaga berwarna turquoise dengan latar belakang kabut. Disini kami juga diajak mengunjungi situs2 berupa patung, yang gw ingat cuma patung Trimurti :D

Setelah berkeliling Telaga, kita diajak ke Dieng Plateau Theater, sambil nunggu antrian kita nyemil gorengan khas sini: Tempe Kemul, Kentang Goreng, n Jamur Goreng. Yummm!

Dieng Theater mirip2 Bioskop, Film yang diputar menceritakan terbentuknya Dieng. Sayang Filmnya 'low-buget' dan cenderung membosankan, jadi sebagian temen2 gw malah tertidur di teater itu...hahahaa...

Setelah itu, kita mengunjungi candi2 kecil dan kawah Sikidang. Sempat juga kita makan Mie Ongklok khas Dieng. Perjalanan ditutup dengan mengunjungi Candi Arjuna.

Keesokan harinya, jam 4 pagi kita udah mesti siap2 menndaki gunung bukit, untuk liat Sunrise dengan background Gunung Sindoro. Walaupun Sunrise ketutup kabut, cukup menyenangkan melihat Wonosobo dari ketinggian. Setelah itu kami kembali mendaki bukit di belakang Dieng Theatre, dari sini kita bisa nikmatin pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon bersebelahan.

Ada hal unik yang gw amatin, mereka sangat memuja Soeharto. Menurut pengakuan sang tour guide, di Jaman Soeharto kawasan Dieng ini sangat terawat...

Fenomena unik lain adalah anak-anak berambut gimbal, sejarahnya cukup panjang...tapi bisa di googling ndiri..hehehe.

Budget:
Berangkat Bis Malino Putra Rp. 76.000
Penginapan n Tour Guide Rp. 175.000
Bis Wonosobo-Semarang Rp.20.000 (kami pulang via semarang, krn mo city tour)
Bis Semarang-JKT (Nusantara) Rp 120.000
Tiket masuk candi, teater, n telaga Rp. 20.000
Jajan Rp. 50.000

Info:
Penginapan Lestari, Dieng: CP Pak Yanto:  +6285228272404


Perjalanan Wonosobo-Dieng
Gerbang Masuk Kawasan Dieng

Telaga Warna
Menunggu Sunrise with Sindoro background

Kawah Sikidang
Ride!
Mie Ongklok khas Dieng
Salah satu candi di Dieng
Komplek Candi Arjuna
Elang Jawa
Sunset at Arjuna

Dieng Trip Buddies :D
Telaga Warna & Telaga Pengilon