Thursday, 29 November 2012

When Autumn girl met Autumn Season

Hampir dua bulan ga Posting. Bahkan musim gugur yang belom di-publish udah mau selese dan mulai masuk Winter.

Sudah 3 mata kuliah lewat, 3 exam, dan 2 nilai pun sudah keluar. Not too good, not that bad. Feel a bit disoriented right now... kinda demotivated. Maybe that's why I skipped lot of classes lately. Move on lahh...  I bounce back already, though. We'll make a lot of fun with the rest 12 months, aaiightttt!?!?

Ngomong-ngomong soal Musim Gugur. Gw pernah dipanggil Autumn Girl sama salah satu temen gw pas kuliah. Why? karena gw selalu punya baju n barang2 bertema Musim Gugur. Pilihan warna baju, tas, dompet gw ga jauh2 dari warna Coklat, Army, Merah Marun, n Jingga. Kebanyakan koleksi baju gw juga dari TRISET. Secara koleksi baju-baju triset jaman itu kan warnanya gtu semua. Alhasil gw sering dipanggil Autumn Girl. So I was the Autumn Girl who finally met Autumn Season :D





Tuesday, 9 October 2012

"Explore New Things" Mission: Malmo City Library

Kejadiannya baru tadi malam, ketika gw mati gaya dan seperti biasa end-up nonton TED. Ada obrolan yang menginspirasi judulnya "Try Something New in 30 Days". Si Pembicara mendorong kita untuk melakukan hal-hal baru yang sudah lama ingin dilakukan--selama 30 hari. Apa saja, bisa bertema menambah (nambah temen, nambah wawasan, nambah buku bacaan) atau mengurangi (No Socmed for a day, no spicy food, no sugar, dll).

Gw teringat pula  sama #Misi21 nya Rene Suhardono. Kalau ini lebih kompleks. Melakukan hal-hal baru selama 21 hari beruturut-turut. Namun jika misi-nya terputus ditengah-tengah, kita harus mengulang dari  hari pertama lagi  dan dengan  aktivtas yang dilakukan harus berbeda pula dari misi yang 'gagal' sebelumnya. Tema misi21 ini Awesome & Sinless. Maksudnya? yaa ga sekedar coba makanan sana-sini. Itu mah biasa. Misalnya dengan Masak makanan sendiri dan dibagi ke tetangga-tetangga. Semacam itu lah. Sinless maksudnya, jangan bikin dosa. Misalnya Nyoba makan Porky sambil minum Cognac  -__-"

Setelah terinspirasi dari dua orang itu, semaleman gw menulis puluhan list "New Things To Do" sampe jam 12 malem. Well, Mumpung tinggal di Kota yang asing, rugi juga setahun kalau cuma dihabisin sama rutinitas kuliah dan pekerjaan rumah tangga (?). Many things to explore here! Ada sekitar 40 list yang gw tulis, dan malam itu juga gw putuskan list pertama yang akan gw lakukan adalah Mendaftarkan diri dan pinjam buku di Malmo City Library (Stadbibliotek).

Singkat cerita, setelah selesai kuliah sore tadi gw langsung naik bis ke City Library. Sebenarnya ada misi terselubung lain yang gw saya lakukan. Gw itu dasarnya PENAKUT! Selain naik lift (sendiri), Gw paling takut nyasar dan pergi sendirian. Di Bis udah deg-degan aja bakal  nyasar, padahal direction udah jelas banget. Wong tinggal naik bis sekali terus jalan kaki kok, sok-sokan pakai GoogleMap pula.

City Library terdiri dari 2 bangunan besar yang terhubung. Satu bangunan lama dan satu bangunan modern, dengan pintu masuk pas ditengah-tengah. Masuk ke City Library kita bakal langsung ketemu recepsionist's desk dan mesin-mesin pengembalian buku. Setelah isi formulir dan menunjukkan paspor, gw langsung diberi Kartu Anggota dan Nomor PIN oleh resepsionis, dan langsung bisa pinjam buku hari itu juga.

It's Time To Explore!
Ruangan-ruangan City Library dibagi dalam banyak kategori di 4-6 lantai terpisah (lupa pastinya ada berapa lantai). Bagian-bagian yang saya ingat: Traveling, biografi, musik, dvd, design, sejarah, anak-anak, dan beberapa yang dijelaskan dalam bahasa swedia jadi saya kurang ngeh. Ada juga section yang dibagi berdasarkan Bahasa-nya (selain bahasa swedia), sayang ga nemu buku Indonesia.

Di Bagian sejarah, koleksi buku dibagi-bagi per negara. Ada sejarah tentang Palestina, Israel, Indian, Jepang, dll. Begitu juga dengan traveling, buku-buku dibagi per benua dan negara, dan kebanyakan bukunya Lonely Planet dan National Geographic.

Di Section 'Design', banyak buku tentang style-style arsitektur, interior, bahkan fashion. Gw pun sempet nemu buku tentang Batik Indonesia

Bagian Biografi juga ga kalah menarik, ada koleksi buku-buku Mao, Obama, Castro, Che, Thatcher, Hillary Clinton, Bush, dll. Sebenernya pingin banget pinjem buku dari section ini, tapi ga yakin bisa melahapnya dalam waktu singkat. Lagian kebanyakan bahasa Swedia.

Ruangan yang menurut gw paling fotogenik adalah bagian novel di lantai 2 dengan pemandangan section bagian Biografi diatasnya. Di sini juga pengunjung bisa duduk-duduk santai dipinggir jendela sambil baca buku dan minum kopi. Tempat duduk sebenernya tersebar di seluruh section. Bahkan ada yang bisa sambil selonjoran.

Karena gw bingung mau pinjam buku apa, akhirnya gw asal ngambil dari bagian Traveling dan pinjam buku tentang Italy dan Sicily.

Peminjaman dan pengembalian buku memakai sistem elektronik. Maklum dari kampung, alhasil gw ngerepotin staf perpus untuk mengajarkan cara pakai mesinnya. Kita tinggal gesek kartu anggota ke mesin peminjaman terdekat, pencet PIN, lalu tempel buku-buku yang mau kita pinjam ke mesin barcode, setelah itu kita dapat receipt untuk tanggal pengembalian buku. Buku-buku ini mesti dikembalikan dalam tempo 4 minggu.

Demikian laporan Misi Pertama Saya. Mission Accomplished, Jenderallll!!!

Oiya, Misi lain adalah: Nyoba Kamera Baru! Aheyy! :D

Novel Section, diatasnya Biografi


Traveling Section

All About Italy

Mesin Peminjaman Buku

Olb Building

New Building

Entrance

Kartu Anggota

Buku Pinjaman

Monday, 1 October 2012

First (two) weeks in Sweden

Kesan pertama yang gw tangkap ketika sampai di Kota ini adalah: NYAMAN. Yapp..walaupun mesti struggle sama cuaca yang lebih dingin dari di Indonesia, tapi gw merasa cukup nyaman disini. Di kota ini masyarakat-nya bisa dengan nyaman jalan kaki, sepedaan, naik angkutan umum, dan naik mobil. Infrastruktur transportasi sangat tertata dengan baik. Gw pun ga kalah kecipratan dengan dapet langganan kartu bis kota gratis selama disini.

Old Buildings everywhere! Kota ini juga diramaikan dengan bangunan-bangunan tua yang dirawat dengan baik. Walaupun interiornya kebanyakan sudah berubah menjadi modern, tapi keaslian fisik bangunan-bangunan tua nya masih dijaga.

Kenyamanan lain adalah tempat tinggal gw. Gw dapet kamar yang lebih mirip rumah minimalis. Kamar gw dilengkapi dengan kamar mandi, walking closet, dapur kecil, tempat tidur n meja belajar standar, plus akses internet super cepet.

Ngomong-ngomong soal akses internet. di Orientasi Kampus kemaren gw dapet pengantar IT. Selain mengajarkan sistem IT di kampus, kita juga dikenalin website-website menarik yang bisa nambah banyak Ilmu. Misalnya Coursera, website yang menyediakan kursus gratis dari dosen-dosen universitas ternama macam Harvard, Yale, Princeton, dll. Kita bisa pilih kursus yang ditawarkan, nanti ada quiz, assisgnment, and ujiannya juga. Bener2 berasa kursus. Sertifikat pun dapet lho! Website lain yang mirip ada Khan Academy, gfclearnfree.org, grovo.com, dll. Ada juga website untuk buat presentasi kaya' Prezi, lucidchart & Sliderocket. Kalo favorit gw yaa TED.Com, soalnya lebih simple & lebih ke share of thoughts. Rentang waktu tiap presentasi ga lebih dari 40 menit.
Pengantar IT ini agak ngebuka mata gw. Biasanya buka akses internet cuma nengok email, website sosial media, youtube, berita, dan website standar lainnya---gw jadi tersadar...ternyata kalo mau, lo bisa jadi pinter melalui Internet! Penekanan pada "KALO MAU".

Selama orientasi gw juga dikenalin lingkungan kota Malmo. Mulai dari tempat belanja groceries, malls, perpustakaan, taman-taman (Malmo terkenal dengan tamannya yang banyak), sarana olahraga, Bank, Klinik, dan other interesting sites. Oiya, gw juga diajarin bahasa swedia praktis! :D

Tinggal sendiri jauh dari rumah yaa semuanya serba sendiri. Tiap pulang dari kampus, kerjaan gw sampe kamar ga jauh2 dari nyuci baju, nyetrika, nyuci piring, beres2, masak. Masakkk?!?! akhirnya gw (terpaksa) bisa masak. Alhamdulillah disini dipermudah sama bumbu2 yang siap pakai dan makanan2 kalengan. Walaupun sementara cuma bisa aneka Pasta, sup, dan oseng2 tapi gw cukup bangga sama hasil masakan gw!!! *Angkat penggorengan tinggi ke udara*
Tapi milih-milih bahan makanan mesti pinter juga. Walaupun judulnya bukan Porky, tapi mesti jeli juga liat unsur2 makanannya. Kalopun daging ayam ato sapi, kan mesti consider juga pemotongannya gimana. Alhamdulillah ada Supermarket yang punya Halal Corner.

Karena 2 minggu ini jadwal gw belum padat, gw dan beberapa temen Indonesia meluangkan waktu jalan2 tiap pulang kampus. Nyoba beberapa makanan, tempat2 belanja, atau sekedar jalan nyusurin pusat keramaian. Tapi favorit gw sih ke Flea Market pas Weekend, gw bisa dapet baju seharga 5-20 Krona, atau Jaket Tebel seharga 100 Krona.

Hubungan mahasiswa dan keluarga2 dari Indonesa juga akrab. Weekend pertama kami jadi tuan rumah acara Kedubes Indonesia untuk Swedia bersama komunitas diaspora Indonesia. Weekend kemarin kami diundang oleh salah satu keluarga Indonesia untuk makan siang di rumahnya.

Over all...So far So Good.

Tapi tetep kangen Jakarta, Indonesia dengan segala permasalahannya. Kadang ngerasa kesepian di kamar. Mau ngajak chat temen2 di Indo tapi udah pada tidur, palingan sisa-sisa yang Insomnia sama yang kerja jadi Satpam shift malam...hahaha! eehhh...giliran gw lagi asik tidur, HP berisik banget bunyi Notifications!

Btw, Ada hikmahnya juga gw berangkat dalam keadaan Jomblo, jadi ga mesti nambah beban pikiran dan waktu dengan punya hubungan LDR!Waktu udah abis buat masak, nyuci n nyeterika cuyyyyy!!!

Ahhh...Hidup terlalu indah dan Kota ini terlalu cantik untuk buang waktu mikirin hal-hal ga penting. Entar tahun depan udah pulang malah bilang: "huaaa...how much I Miss Malmo!!!"  *jadi lo maunya apaaa -___-"

Then, I promise I'll embrace it everyday my life here. Ga boleh ngeluh! Semangattt!


"It is not the strongest of the species that survives,
nor the most intelligent that survives.
It is the most adaptable to change."
-Charles Darwin-





View dari Kamar pas Kabut



Penyamaran Sempurna!!!

Gedung Kampus yang bakal selesai d Renov tahun depan

Sekitar Gustav Adolf

Orsund Bridge
Flea Market
City Hall with Sari n Desi

Makan Siang di Rumah Pak Kiki

My first Spaghetti

Kamar Sisi dapur


Deket Konserthuset
Belanjaan dari IKEA

Saturday, 22 September 2012

Long Road to Sweden. Yes it was!

Gw janji ketika gw sudah sampai Sweden, gw bau berani posting cerita gw ini.

I'm in Sweden now! Kalo liat cerita gw di Recap Aktivitas gw Sebulan ini gw sempet singgung gw sedang nunggu kabar donor buat beasiswa gw. Alhamdulillah tanggal 25 Juni 2012 gw dapet email Fellowship Award! dari Universitas. I was relieved. 
Tapi gw mau cerita proses-nya gimana sampai gw bisa ke sweden. Lengkap.

Considering.
Sebenernya dari tahun lalu aplikasi beasiswa ini dibuka dikantor gw, tapi tahun lalu gw blum yakin. Belum yakin sama lingkungan, sama perusahaan (skarang masih sih), sama pengetahuan gw soal perkapalan, sama diri sendiri. Terutama, gw blom ada bayangan bakalan seperti apa kuliah yang gw tempuh disana? Intinya ga yakin ama semuanya. So I dropped it.

Setahun berlalu, banyak hal yang akhirnya membuat gw terbersit: Apa gw apply beasiswa tahun ini ya?

Sudah agak pede sama pengetahuan perkapalan yang didapat dari kantor, at least setahun itu gw mulai dikasih kerjaan yang pake otak dan gw juga merasa nyaman kerjasama dengan bos-bos baru di bagian gw.

Temen gw (yang dapet beasiswa tahun 2011) cukup memberikan gambaran seperti apa kuliah disana. Ternyata agak bersinggungan sama background S1 gw. Ada mata kuliah dasar2 ekonomi manajemen seperti: Economics, Marketing, Finance, Statistik, dll.

Pendapat2 orang juga jadi salah satu consideration gw untuk apply. Gw teringat omongan Prof Rhenald waktu di Kelas International Marketing. Dia bilang kalo mau kuliah di LN jangan pilih2. Kalo ada kesempatan yaa give it a try, Ga usah nunggu sampe univ yang bagus mau nerima lo. Pengalaman berada di negeri orang dengan segala perbedaan kulturnya akan lebih berharga daripada perkuliahan itu sendiri. Experience itu yang priceless, bukan? Semcam itu yang gw tangkap dari obrolan beliau.

Ibu gw juga sempet nyeletuk. Kamu sekolah lagi aja kaya kakakmu. Gw: Kawin dulu kali bu?*nada becanda* Ibu: iyaa kalo dapet cowoknya. Nanti Tahun depan kalo belom dapet cowok juga malah nyesel "kenapa ga kuliah aja ya taun kemaren??!! gw: hahaha...bener jugak. >_<
Sebenernya Gongnya ketika gw dapet assignment dari kantor menemani bule ke Makassar dan Priok. Ada beberapa obrolan (yg ga bisa gw ceritain disini) yang  membuat gw janji gw Mesti Sekolah Lagi! dan Gw Mesti Ke Eropa!. Selain itu dia dapet kesan gw suka banget explore dan pas pamitan dia bilang: Gw percaya suatu saat lo bakal pergi ke banyak negara. Ahh...terharu...!

Preparation & Application
Gw mengambil Les IELTS supaya gw bisa dapet gambaran gimana bentuk Tes-nya. Jujur gw cuma ikut les nya sebulan, karena baru sadar jangka waktu masukin aplikasi udah mepet. Gw udah mesti ambil Tes-nya di IALF saat itu karena hasil tesnya baru jadi 2 minggu kemudian. Tes-nya berlangsung setelah malamnya gw baru pulang Diklat kantor dengan badan remuk redam. Walaupun ga yakin sama hasilnya, Alhamdulillah tes berjalan lancar.

Prosesnya bisa dibilang simple. Gw hanya mengirim se-bundel aplikasi yang terdiri dari Form pendaftaran, Form Donor (motivational statement. Dengan hasil edit2an sekian banyak teman dan lebih terlihat curcol dari pada motivasi. Akhirnya gw klik Send Button. Lega!

Waiting in Vain. Galau!
"Galau itu ga mesti karena cowok. Galau itu datang dari ketidakpastian dan Galau yang diakibatkan oleh faktor non percintaan terasa LEBIH GALAU, boiy!" -QuoteGw-

1 bulan nunggu kabar donor beasiswa itu sangat menyita pikiran gw. Pertengahan April dapet email ternyata application gw ke Donor Beasiswa dari Jepang di tolak. Makin galau lah gw.

Gw diminta isi 2 application donor (lagi) yang deadline-nya 1 minggu. Otak gw udah ga jalan, mana lagi banyak kerjaan di kantor. Gw inget banget gw sampe kirim email via Kantor malem2 karena masih diajak lembur sama bapak bos.

Seminggu kemudian, temen kantor gw yang apply univ yang sama sudah dapat kabar dari Donor. Seriusan, gw malah makin Galau. Ini Galau Maksimal! Mana bos gw udah gembar-gembor ke orang2 gw mo berangkat ke Sweden pas makan2 se-Direktorat Kalo ga jadi berangkat gara2 ga dapet donor kan malu juga gw! dan kegalauan ini berlangsung 2 bulan sampe Akhir Juni gw dapet kabar kalo gw (akhirnya) dapat donor beasiswa. Alhamdulillah!

Paspor n residence permit
Step selanjutnya supaya gw bisa tinggal di Sweden adalah Paspor yang berlaku >2tahun dan Residence Permit (mirip visa tapi > 3 bulan)

Paspor gw masih berlaku 8 bulan lagi, sementara Paspor boleh diperpanjang kalo paspor sisa 6 bulan. alhasil gw mesti bikin paspor baru yang ada chipnya (?) dan itu lebih mahal. Whateverlah...dibayarin kantor ini.
Walaupun katanya udah reformasi birokrasi dan standardisasi layanan, Bikin paspor tuh RIBET sodara2! Gw mesti meluangkan waktu 3 hari dan sampe antri berjam-jam cuma untuk verifikasi, kasir, n ambil foto.Yaa ga salah juga kalo orang2 lebih milih bayar 2-3 kali lipat daripada buang2 waktu 3 hari antri di Imigrasi.

Residence permit. Gw udah apply dari akhir Juli, dan beberapa hari kemudian di telepon bahwa gw tinggal nunggu panggilan foto dan tandatangan. Sip! Gw nunggu! tapi sampe 2 Minggu mo berangkat kok ga dipanggil2 yaa? Akhirnya gw konsultasi sama pihak univ, dan mereka suruh gw telepon ke kedubes. Eee ternyata entah kenapa application gw nyelip apa gimana, mereka baru sadar gw belum di panggil untuk foto. Hadehhh...gw udah bikin farewell 4 kali nih! masa gw ga jadi berangkatttt....!!!

Alhasil besok paginya gw mesti meluncur ke Kedubes untuk ngurus Permit. Sampe di Kedubes ternyata kamera fotonya lagi rusak. So gw mesti jalan kaki ke Mall Ambas (dalam keadaan panas terik) untuk foto paspor manual, balik lagi ke kedubes gw serahin foto dan balik kekantor karena ada panggilan rapat, pun gw mesti ambil Metromini depan Ambas dan mesti jalan kaki lagi.

Sesampai Dikantor gw ditelepon lagi sama kedubes, "mbak dimana? kok pulang? ini kameranya sudah diperbaiki, mbak bisa kesini untuk foto?" Aaaaakkkk...akhirnya gw ngojeg Kantor-Kedubes secepat kilat a la Jeremy Renner di BOURNE Legacy!

Sampe di kedubes, ternyata gw dibilang ga bisa sampe ke sweden tepat waktu karena aplikasi yang disetujui per tanggal 17 sept. Padahal 17 Sept gw udah mulai kuliah. Sementara gw mesti urus residence permit di Sweden, gw dikasih Visa Schengen C yang tertulis tanggal 14 Sept-14 Nov.
14 Sept kan?brarti seharusnya gw bisa berangkat tanggal 15 donk???tapi kata kedubes ga bisa. hhhmmmphh...Akhirnya gw konsultasi lagi sama universitas bahwa gw ga bisa dateng tepat waktu. Alhamdulillah merek bilang it's OK!

Seminggu kemudian gw ke Kedubes lagi untuk urus pembayaran. Gw iseng2 nanya apa gw bisa berangkat tanggal 15 soalnya di Visa gw kan tertulis tanggal 14? apa kata mereka: BISA KOK! *lhaaaa.... -___-"

Berangkat. Airport Madness!
Penerbangan gw tanggal 14 Sept jam 17.40. Gw sudah pede dengan berangkat abis Babeh gw Sholat Jumat. (ooiya, gw diantar Sekeluarga ke Bandara lho...so sweet...)

Gw pikir gw punya waktu banyak n ga terburu2 di Bandara. Ternyata pas gw check-in itu antrian Bagasi ada kali 15 Menit. dannnnn ternyata Koper gw terlalu berat! 36 Kg! sementara batas per koper adalah 32 Kg. Akhirnya gw mesti mengorbankan beberapa item karena Tas Gunung Deuter gw juga udah keberatan. Hiks!

Setelah check-in dan makan bareng sebentar sama keluarga di A&W, akhirnya gw masuk gate. Bismillah...
Penerbangan akan ditempuh via Qatar transit 3 Jam baru ke Copenhagen. Penerbangan ke Qatar sekitar 6-7 jam dan gw tahan2 tidur supaya sampai di CPH ga terlalu Jetlag katanya. Berbekal tontonan MIB3 gw berhasil tidur cuma 2 jam.

Transit di Qatar yang cukup membuat mati gaya, Alhamdulillah ada Wi-Fi. tapi mo chatting sama siapa? orang2 udah pada tidur. dannn.... Pelajaran moralnya: JANGAN BELI AIR MINERAL DI QATAR! US$ 11 aja gtuh!? tapi secara gw kehausan yaa gw terpaksa beli deh.

Penerbangan Qatar-CPH ditempuh sekitar 7 jam. Berbekal 1/2 Antimo gw tidur dengan sukses bahkan sebelum Take Off, dan baru bangun setelah terlihat matahari terbit dari jendela pesawat n waktunya sarapan.

Copenhagen
Turun pesawat dari gw mesti melalui proses Imigrasi. Deg-degan sama residence permit gw yang blum jadi dan hanya berbekal surat dari Migration Board dan Visa. Kata2 pertama petugas Imigrasi langsung bikin jantung gw melorot ke perut. : "Why you come Today? You're not supposed to come Today!" dengan hati2 gw jawab: Pak, liat paspor gw deh. itu ada Visa-C per tanggal 14 cuyyyyy...plis dehhhh.... (ga gtu juga sih nada ngomongnya)
akhirnya si bapak bilang: "oowww... Okay. That's great!" *cap paspor*
*Jantung gw balik ke tempat semula*

Setelah baggage claim gw sudah ditunggu 2 teman gw di pintu keluar. Naik kereta menuju....MALMO I'm Comin'!


Soverily, with every difficulty,there is relief.
Verily, with every difficulty there is relief ( QS 94: 5-6)

Tuesday, 3 July 2012

Pulau Weh: Pantai, Underwater, dan Kejayaan Kota Sabang Masa Lalu

*Memilih judul yang agak serius, supaya banyak yang baca ;p *
 
Sabang merupakan pelabuhan terpenting di Selat Malaka saat jaman kolonial, saat itu 50.000 kapal melalui pelabuhan ini setiap tahunnya. Keramaian di Pelabuhan Sabang adalah efek dari dibukanya terusan suez, kapal2 yg melewati benua afrika tidak lagi memutar melalui selat sunda tapi lewat Selat Malaka.

Awalnya Pelabuhan Sabang menjadi gudang Batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun berkembang menjadi tempat sandarnya kapal-kapal dagang yang mengirim barang ekspor ke Pulau Sumatra. Pelabuhan Sabang sempat dijadikan sebagai pelabuhan bebas, sarana dan prasarana seperti dermaga, pelabuhan, gudang, supply bahan bakar pun didirikan, hingga akhirnya pada tahun 1986 fungsi pelabuhan bebas ini ditutup. Status darurat di Aceh membuat Pelabuhan Sabang semakin sepi.

Setelah Darurat Militer Aceh dicabut, Pulau Weh dan Sabang kembali ramai dan lebih dikenal sebagai objek wisata pantai dan underwater-nya.

Selama di Pulau Weh gw hanya beberapa jam mengelilingi Kota Sabang. Sisa-sisa kejayaan masa lalu masih tampak, khususnya di pusat kota. Banyak bangunan peninggalan Belanda, baik yang terawat maupun tidak terawat. Rumah Sakit, Teater, Benteng, jalan dan pohon-pohon besar menandakan Kota ini sebagai kota yang cukup ramai dijaman kolonial.

Dekat dengan Kota Sabang, terdapat Pantai Anoi Itam, Pantai yang menawarkan pemandangan Sunrise, pasir putih, dan view Banda Aceh dari kejauhan. Kawasan ini bisa dibilang kawasan high-class nya Sabang.

Sempat pula gw nyicip Sate Gurita (cuma satu gigitan, weksss) di Sabang Fair (kalo ga salah), dan Rujak khas Sabang.

Keunikan lain di Sabang, Toko-toko akan tutup antara pukul 11-16 sore, mungkin dipakai penduduknya untuk istirahat?

Fokus liburan gw bukan di Sabang, tapi di sisi barat pulau yang menawarkan keindahan pantai dan bawah laut. Gw menginap di salah satu Mess NGO yang terdapat di daerah Gapang.  Dari Gapang gw menumpang motor ke Pantai Iboih untuk snorkeling, dan sempat pula menyebrang ke Pulau Rubiah (10 menit dari Pantai Iboih). Dulu nya Pulau Rubiah merupakan karantina calon jamaah haji, makanya masih ada beberapa bangunan tak terawat di Pulau ini.

Oiyaa, dari Pelabuhan Balohan menuju Gapang, kalian bisa menikmati jalanan berkelok-kelok, naik turun bukit, dan view Pantai dari ketinggian. Lo juga akan bertemu Danau Aneuk Laut dan Kawanan Kera Liar (Seriusan liar...masa motor gw lewat mau diterkam! -__-)

Overall, perjalanan di Sabang sangat menyenangkan. Gw sangat menikmati kesunyian di sini. Super sepi, cocok buat menyendiri n cari inspirasi. Walaupun sempet serem juga waktu kami bertiga (gw, kakak, dan teman kakak) menumpang 2 motor menempuh perjalanan Kota Sabang ke Gapang dengan waktu tempuh 45 menit naik-turun bukit jalan berkelok dalam keadaan sepi dan tanpa penerangan jalan. Ironisnya, gw baca TL twitter, terjadi kemacetan luar biasa karena efek long week-end di daerah Bandung dan Jakarta.

Sayangnya gw ga sempet ke tugu Nol Kilometer, soalnya waktunya ga cukup n gw akhirnya memilih keliling Kota Sabang.

- Salah satu Bucket List gw adalah mengunjungi wilayah terdepan Indonesia: Sabang, Merauke, Miangas, Pulau Rote. Alhamdulillah dua terpenuhi.-

Di Pulau Rubiah, pemandangan Pantai Iboih

Travel Buddies

Kakak gw :D
Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Weh
Salah satu peninggalan jaman kolonial, sekarang jadi RSU
Pohon-pohon Besar

Jalan besar di Kota Sabang nan Sepi
Pemandangan Banda Aceh dari Anoi Itam
Pantai Anoi Itam
Kota Sabang dari ketinggian
Rujak Sabang
Tangkapan Nelayan dekat Sumur Tiga
Peta Wisata Kota Sabang

Sunday, 1 July 2012

Dieng Trip

Dengan budget kurang dari 500 rebu, gw dan 6 orang lainnya berlibur ke Dieng. Kawasan Dieng merupakan dataran tinggi diatas ketinggian 2000MDPL, berbentuk Kaldera dan dikelilingi pegunungan.

Gw Memulai perjalanan via Wonosobo, dengan Bis Malam Malino Putra dari Rawamangun. Jangan harap kenyamanan dari bis ini. Tempat duduknya bikin tulang retak, alhamdulillah AC-nya lancar, dan lo akan dihibur playlist Dangdut Pantura dan lagu Malay tahun 90-an -__-"

Dari Terminal Wonosobo kami dijemput pihak penginapan yang merangkap Tour Guide. Sepanjang perjalanan Wonosobo-Dieng dihiasi perkebunan kentang, produksi pupuk, dan jalanan berkelok2. Masuk ke kawasan Dieng, gw seperti dibawa ke Dunia Lain. Ga bakal nyangka, tempat ini cuma 3 jam dari Semarang, bahkan ga nyangka tempat ini ada di Pulau Jawa. Aura-nya beda...bisa dibilang mistis.
Setelah Brunch, kami langsung diajak keliling Dieng. Mulai dari Telaga Warna, telaga berwarna turquoise dengan latar belakang kabut. Disini kami juga diajak mengunjungi situs2 berupa patung, yang gw ingat cuma patung Trimurti :D

Setelah berkeliling Telaga, kita diajak ke Dieng Plateau Theater, sambil nunggu antrian kita nyemil gorengan khas sini: Tempe Kemul, Kentang Goreng, n Jamur Goreng. Yummm!

Dieng Theater mirip2 Bioskop, Film yang diputar menceritakan terbentuknya Dieng. Sayang Filmnya 'low-buget' dan cenderung membosankan, jadi sebagian temen2 gw malah tertidur di teater itu...hahahaa...

Setelah itu, kita mengunjungi candi2 kecil dan kawah Sikidang. Sempat juga kita makan Mie Ongklok khas Dieng. Perjalanan ditutup dengan mengunjungi Candi Arjuna.

Keesokan harinya, jam 4 pagi kita udah mesti siap2 menndaki gunung bukit, untuk liat Sunrise dengan background Gunung Sindoro. Walaupun Sunrise ketutup kabut, cukup menyenangkan melihat Wonosobo dari ketinggian. Setelah itu kami kembali mendaki bukit di belakang Dieng Theatre, dari sini kita bisa nikmatin pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon bersebelahan.

Ada hal unik yang gw amatin, mereka sangat memuja Soeharto. Menurut pengakuan sang tour guide, di Jaman Soeharto kawasan Dieng ini sangat terawat...

Fenomena unik lain adalah anak-anak berambut gimbal, sejarahnya cukup panjang...tapi bisa di googling ndiri..hehehe.

Budget:
Berangkat Bis Malino Putra Rp. 76.000
Penginapan n Tour Guide Rp. 175.000
Bis Wonosobo-Semarang Rp.20.000 (kami pulang via semarang, krn mo city tour)
Bis Semarang-JKT (Nusantara) Rp 120.000
Tiket masuk candi, teater, n telaga Rp. 20.000
Jajan Rp. 50.000

Info:
Penginapan Lestari, Dieng: CP Pak Yanto:  +6285228272404


Perjalanan Wonosobo-Dieng
Gerbang Masuk Kawasan Dieng

Telaga Warna
Menunggu Sunrise with Sindoro background

Kawah Sikidang
Ride!
Mie Ongklok khas Dieng
Salah satu candi di Dieng
Komplek Candi Arjuna
Elang Jawa
Sunset at Arjuna

Dieng Trip Buddies :D
Telaga Warna & Telaga Pengilon